STUTGART, INDOTENIS.COM — Petenis Kazakhstan, Elena Rybakina keluar sebagai juara WTA Tour 500 Porsche Tennis Grand Prix di Stuttgart, Jerman, Ahad (21/4/2024). Petenis peringkat empat dunia ini mengantongi hadiah sebesar $123.480 atau Rp 1,976 miliar dan satu unit mobil Porsche.
Di final, Rybakina mengalahkan petenis Ukraina, Marta Kostyuk dengan nilai 6-2, 6-2 dalam waktu 69 menit. Rybakina yang menjadi unggulan keempat di babak pertama mendapatkan bye. Kemudian di babak kedua, mengalahkan petenis Rusia, Veronika Kudemetova 7-6 (3), 1-6, 6-4. Babak perempat final, mengalahkan petenis Italia, J Paolini 6-3, 5-7, 6-3. Semifinal mengalahkan unggulan pertama asal Polandia, Iga Swiatek 6-3, 4-6, 6-3.
Saat menerima hadiah mobil, Rybakina diminta untuk mengendarainya dari pinggir masuk ke lapangan tenis. Namun Rybakina yang berusia 24 tahun ini mengatakan dirinya belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Sehingga CEO Porsche, Oliver Blume yang harus menjadi sopirnya dan Rybakina duduk di bangku penumpang.
Rybakina mengatakan mobil Porshe sudah diidam-idamkan sejak dirinya berusia 17 tahun. “Kami punya banyak tempat untuk dikunjungi, terutama di Amerika, di mana Anda ingin membawa mobil dan pergi sendiri,” kata Rybakina seperti dikutip WTA Insider.
Bagi Rybakina, mobil ini sangat dibutuhkan saat mengikuti tour di berbagai negara.
“Ini sangat dibutuhkan di Indian Wells. Anda tidak ingin bergantung pada seseorang. Anda ingin membawa mobil dan pergi ke suatu tempat sendirian sebentar. Jadi menurut saya itu adalah hal yang baik untuk dimiliki dan itu pasti sesuatu yang ingin saya lakukan,” katanya.
Saat ini, Rybakina sebagai pemimpin musim kompetisi dengan merebut tiga gelar, lima kali menjadi finalis, dan meraih kemenangan dalam pertandingan WTA Tour sebanyak 26 kali. Rybakina juga menjadi satu-satunya petenis yang mengalahkan peringkat 1 dan 2 dunia pada musim kompetisi ini.
“Saya senang dengan semua statistik ini. Yang paling saya banggakan adalah saya bisa bermain bagus di semua permukaan. Itu yang paling penting. Sebagai pemain top, itulah perbedaannya,” kata Rybakina.
Rybakina mengaku lapangan tanah liat bukan favoritnya. Namun keberhasilan meraih gelar juara di lapangan tanah lihat ini membuktikan dirinya bisa bermain dengan baik. “Menurut saya, tanah liat bukanlah permukaan yang saya sukai karena lebih lambat, namun pada akhirnya, saya bermain sangat baik di semua permukaan tersebut,” ujarnya. (*)