DEDDY PRASETYO, pelatih tenis internasional memprihatinkan masih minimnya turnamen tenis senior di Indonesia. Padahal turnamen tenis senior ini sangat dibutuhkan petenis-petenis yunior agar bisa melangkah maju untuk menggantikan seniornya.
Deddy Prasetyo menjelaskan seorang petenis bisa bermain bagus jika mereka bertanding sebanyak 80 kali matches atau permainan dalam satu tahun. Deddy mencontohkan bila seorang petenis baru mencapai babak perempat final dalam satu turnamen berarti pemain tersebut baru tiga kali matches.
“Kalau mereka dituntut bermain 80 kali per tahun, kemudian seorang pemain hanya sampai perempat final, maka 80 dibagi tiga. Artinya, seorang pemain harus mengikuti 27 turnamen dalam satu tahun,” kata Deddy kepada indotenis.com di sela-sela memantau Detec Junior Open 2023 Yogyakarta, Rabu (16/8/2023).
Bila standar itu dipenuhi, tambah Deddy Prasetyo, anak itu akan maju tidak hanya berlatih dan berlatih, tetapi juga bertanding. “Bertanding itu merupakan sarana berlatih yang paling sempurna dari sisi teknik, taktik, fisik, dan mental. Saat bertanding semua elemen diuji. Saat bertanding seorang petenis dituntut untuk mengimplementasikan apa yang sudah dipelajari dan dilatihkan,” tandas Deddy.
Dalam setiap penyelenggaraan turnamen tenis yunior Deddy Prasetyo Tennis Club (Detec) Nasional dan Internasional, Deddy selalu memberikan subsidi peralatan tenis bagi petenis-petenis yunior. Detec Nasional ini membutuhkan dana sebesar Rp 200 juta lebih. Tetapi Deddy mengeluarkan untuk hadiah lebih dari Rp 100 juta.
“Kemudian saya juga membagikan sepatu lebih dari 60 pasang gratis untuk anak-anak dengan ukuran 35-36 yang dimaksudkan untuk pembinaan. Raket Yonex dengan harga Rp 4 juta, beli satu gratis satu. Kasihan anak-anak yang tidak mampu beli raket. Subsidi peralatan tenis ini dimaksudkan agar anak-anak bisa tampil lebih bagus,” kata Deddy.
Menurut Deddy, saat ini turnamen tenis untuk pemain-pemain yunior ini sudah cukup banyak. Bahkan para pemain yunior ini sudah banyak yang beranjak akan menuju sebagai pemain senior. Untuk menjadi pemain senior, dibutuhkan wadah untuk menguji kemampuan dan bertanding melawan seniornya.
Turnamen senior yang menjadi jembatan petenis yunior yang ingin naik menuju ke senior masih minim. Bahkan Deddy Prasetyo menyebutnya telah terjadi gap dan ini sudah berlangsung dalam waktu yang lama.
“Gap ini sudah terjadi selama 20 tahunan. Itu sebabnya Tim Davis Cup Indonesia tidak bisa ke mana-mana. Seharusnya gap ini segera diisi dengan memperbanyak turnamen senior dengan tujuan wadah yunior dan meningkatkan kemampuan yang senior,” kata Deddy.
Kata Deddy, tanggung jawab memperbanyak turnamen senior berada di tangan Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PP Pelti). Deddy Prasetyo sebagai Wakil Ketua Bidang Pembinaan PP Pelti sudah berkali-kali mengusulkan, tetapi usulannya tidak dilaksanakan. “Akhirnya, tahun lalu saya secara pribadi berinisiatif membuat turnamen senior dengan prize money. Kalau tidak ada prize money, pemain senior tidak mau ikut turnamen,” kata Deddy. (*)