YOGYAKARTA, INDOTENIS.COM — Iga Swiatek, petenis Polandia berhasil membukukan gelar ketiga kalinya di French Open 2024. Dalam perjalanan menuju final dan menjadi juara, Swiatek hanya kehilangan satu set saat melawan Naomi Osaka di babak kedua.
Perjalanan menuju final Swiatek, di babak pertama, mengalahkan Leolia Jeanjean dengan skore 6-1, 6-2. Babak kedua, menang 7-6(1), 1-6, 7-5 atas Naomi Osaka. Babak ketiga, mengalahkan Marie Bouzkova dengan nilai 6-4, 6-2.
Babak keempat, menang mudah 6-0, 6-0 atas Anastasia Potapova. Babak perempat final mengalahkan Marketa Vondrousova dengan skore 6-0, 6-2. Di semifinal, menang 6-2, 6-4 atas Coco Gauff. Di final, Swiatek mengalahkan Jamine Paolini 6-2, 6-1. Sehingga dalam perjalanan ke final, Swiatek hanya kehilangan satu set saat lawan Osaka.
Menurut Deddy Prasetyo, pelatih tenis nasional, Swiatek berhasil menjadi juara karena bisa mengendalikan emosi dan bermain dengan sabar. Kesabaran Swiatek ini terlihat pada set ketiga atau penentuan saat melawan Osaka.
Swiatek sempat ketinggalan 2-5. Kemudian menjadi 3-5 dengan skore kecil 40-Advantage untuk Osaka. Namun Swiatek dengan kesabarannya bisa mematahkan servis Osaka dan skore menjadi 4-5. Kemudian servis Swiatek dapat menyamakan kedudukan menjadi 5-5.
“Saat itu, Swiatek berhasil mengendalikan emosi dengan bermain sabar sambil menunggu kesempatan baik, baru mengambil alih serangan dengan membuka lapangan lawan dengan pukulan-pukulan menyilang,” kata Deddy Prasetyo kepada indotenis.com, Ahad (9/6/2024).
Deddy menjelaskan setelah berhasil menyamakan skore, Swiatek mulai bermain lebih agresif. Swiatek sesekali maju ke net untuk mengacaukan permainan lawan setelah berhasil memojokkan lawan dengan menempatkan bola di sudut belakang.
Setelah lolos dari hadangan Osaka, kata Deddy, permainan Iga Swiatek semakin meningkat. Ini menandakan bahwa Swiatek dalam kondisi fit secara fisik (cepat recovery, bisa kembali bermain lebih bagus keesokan harinya). Selain itu, Swiatek secara mental/psychology (tetap bermain dengan tempo tinggi yaitu tidak pernah kakinya jauh meninggalkan baseline).
“Dengan tiga gelar French Open berturut-turut, menandakan Iga Swiatek adalah pemain wanita terbaik dalam pertenisan dunia saat ini,” kata Deddy Prasetyo.
Lebih lanjut Deddy menjelaskan petenis-petenis yang masuk babak utama French Open atau Grandslam sudah mencapai fase Expert Performance. Mereka telah memiliki physical intelligence atau kecerdasan fisik, game intelligence atau kecerdasan permainan, excellent playing behavior atau perilaku bermain yang hebat, dan mentally tough atau sikap untuk menyelesaikan masalah dalam tekanan dan kendala yang dihadapi.
Menurut Deddy tidak banyak petenis yang bisa mencapai tingkat expert performance walaupun mempunyai bakat bagus. Mereka akan bisa mencapai fase expert performance kalau mendapatkan gemblengan ilmiah yang berkualitas international, dukungan finansial yang tak terbatas dan berkesinambungan untuk menyewa pelatih kelas dunia.
Selain itu, mereka juga harus mengikuti kompetisi yang berjenjang dan memenuhi syarat jumlah pertandingan yang harus dimainkan. Setiap tahun, setiap petenis idealnya mengikuti 60-80 pertandingan dan rasio menang/kalah, 2-3:1.
“Jalan panjang yang berliku dengan banyak rintangan dan hujan petir serta badai yang harus dihadapi petenis untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut. Motonya : Maju Terus Pantang Mundur,” kata Deddy Prasetyo. (*)